Tak ada yang bizsa ku lakukan selain berharap,, somoga semuanyakan abadi.

Kamis, 12 Januari 2012

PRINSIP PERKEMBANGAN KURIKULUM

PRINSIP – PRINSIP DAN PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM A. Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum 1. Prinsip Relevansi ( ada kesesuaian ) Dalam Oxfort Advanced Dictionary of Current English, kata relevansi atau relevan mempunyai arti (closely) connected with what is happening, yakni kedekatan dengan apa yang terjadi. Soetopo dan Socmanto (1993:49-50) dan Subandijah (1993:49-50) mengungkapkan relevansi sebagai berikut : 1. Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik Relevansi ini memiliki arti bahwa dalam pengembangan kurikulum, termasuk dalam menentukan bahan pengajaran ( subject matters), hendaknya di sesuaikan dengan kehidupan nyata anak didik. Contohnya, sekolah yang berada diperkotaan anak didiknya ditawarkan hal yang aktual, seperti polusi pabrik, arus perdagangan yang ramai, kemacetan lalu lintas dan sebagainya. 2. Relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang Materi atau bahan yang diajarkan kepada anak didik hendaklah memberi manfaat untuk persiapan masa depan anak didik. Karenanya, keberadaan kurikulum disini bersifat antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan perhitungan. 3. Relevansi pendidikan dengan dunia kerja Semua orangtua mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya. Begitu juga halnya dengan anak didik, ia berharap agar dapat mandiri dan memiliki sumber daya ekonomi yang pantas dengan modal imu pengetahuannya. 4. Relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan Program pendidikan ( kurikulum ) hendaknya mampu memberi peluang pada anak didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, selalu mengembangkannya dan tidak cepat berpuas diri, serta selalu siap mejadi pelopor dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan Teknologi. 2. Prinsip Efektivitas ( Tepat Guna ) Prinsip efektivitas artinya sejauh mana perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan atau tepat guna. Dalam proses pendidikan, efektivitasnya dapat dilihat dari dua sisi, sebagai berikut : a. Efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana keinginan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. b. Efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan – tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. 3. Prinsip Efisiensi ( Tepat ) Prinsip efisiensi sering dikaitkan dengan prinsip ekonomi, yang berbunyi : dengan modal atau biaya, tenaga, dan waktu yang sekecil – kecilnya akan dicapai hasil yang memuaskan. 4. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas) Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis, program pendidikan dan bidang studi secara terus menerus. a. Kesinambungan diantara berbagai tingkat sekolah : ­ Bahan pelajaran ( subject matters ) yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi hendaknya sudah diajarkan pada tingkat pendidikan sebelumnya atau dibawahnya. ­ Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat pendidikan yange lebih rendah tidak harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga terhindar dari tumpang tindih dalam pengaturan bahan dalam proses belajar mengajar. b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi : ­ Menunjukkan bahwa dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, untuk mengubah angka temperatur dari skala celcius ke skala fhrenheit dalam IPA diperlukan keterampilan dalam pengalian pecahan. 5. Prinsip Fleksibilitas Fleksibilitas berarti tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Didalam kurikulum, fleksibilitas dapat dibagi menjadi dua macam yakni : 1. Fleksibilitas dalam memilih pendidikan Fleksibilitas disini maksudnya adalah bentuk pengadaan program – program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, program spesialisasi atapun program-program pendidikan keterampilan yang dapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya. 2. Fleksibiltas dalam pengembangan program pengajaran. Fleksibilitas ini maksudnya adalah dalam bentuk memberikan kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih bersifat umum. 6. Prinsip Berorientasi Tujuan Prinsip berorientasi tujuan berarti bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar semua jam dan aktifitas pengajaran yang dilaksanakan oleh pendidik maupun anak didik dapat betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Subandi-jah, 1993:54). Dengan adanya kejelasan tujuan pendidikan diharafkan dapat menentukan secara tepat metode mengajar, alat, penmgajaran dan evaluasi. 7. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum Prinsip ini memiliki maksud bahwa ada pengembangan kurikulum secara bertahap dan terus menerus, Yakni dengan cara memperbaiki, memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya. B. Hakikat Pengembangan Kurikulum Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahas Yunani yaitu curri yang berarti berlari dan curere yang berarti tempat berpaacu. Pada zaman Romawi Kuno di Yunani, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga yang mengandung pengertian yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Menurut O.M.T. Syaibany Kurikulum dalam pendidikan Islam adalah suatu jalan terang yang dilalui pendidik terhadap anak didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikaf mereka. Kurikulum dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang atau jalan yang dilalui manusia diberbagai bidang kehidupannya (Al-Syaibani, 1979:478). Terjadinya perluasan jangkauan kurikulum dizaman modern terlihat dari definisi yang dikembangkan Hasan Langgulung, bahwa kurikulum merupakan sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,sosial,olahraga dan kesenian yang disediakan sekolah untuk anak didiknya baik didalam maupun di luar sekolah dengan maksud menolongnya agar dapat berkembang secara menyeluruh disemua aspek dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan (Jalaluddin dan Usman Said, 1994:44) Dari beberapa definisi di atas, hakikat kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Dari pemahaman mengenai kurikulum di atas, dapat dideskripsikan secara spesifik bahwa :  Kurikulum merupakan maksud dan rencana. Rencana tersebut barangkali hanya bersifat mental, tetapi eksistensinya lebih umum, yakni dalam bentuk tertulis.  Kurikulum merupakan rencana kegiatan bukan aktivitas. Ada sejumlah program yang telah direncanakan agar dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar terarah.  Kurikulum berisi berbagai maksud. Misalnya, hal apa yang dipelajari peserta didik untuk bisa berkembang; ada alat evaluasi untuk menilai hasil kegiatan belajar; fasilitas yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.  Kurikulum meliputi maksud – maksud formal, yang dipilih secara teliti untuk meningkatkan hasil belajar.  Kurikulum merupakan suatu sistem, yakni adanya seperangkat komponen (tujuan,isi,proses belajar mengajar, dan lain – lain) yang bersifat satu kesatuan yang erat.  Pendidikan dan latihan menunjukkan batasnya masing – masing untuk menghindari kesalah pengertian yang terjadi, apabila salah satu hal tersebut dikemukakan.  Kurikulum memiliki prediksi dan jangkauan ke depan. Maksudnya, isi kurikulum menggambarkan adanya upaya antisipasi berbagai kebutuhan anak didik dan persiapan masa depan anak didik. Ketujuh uraian di atas berada dalam suatu konsep kurikulum, yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan segala proses belajar mengajar atau pelaksanaan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Tujuan dalam suatu kurikulum sekolah ada dua jenis, yaitu: 1. Tujuan yang ingin dicapai secara keseluruhan Tujuan ini dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan dan sikaf yang diharafkan dan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan semua program pendidikan dari institusi pendidikan. 2. Tujuan yang ingin dicapai pada setiap bidang studi Tujuan tersebut digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharafkan dapat dimiliki anak didik setelah mempelajari suatu bidang studi. C. Isi Pengembangan Kurikulum Dua hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan isi kurikulum adalah : 1. Isi kurikulum disefinisikan sebagai bahan atau materi belajar dan mengajar 2. Dalam proses belajar mengajar, dua elemen kurikulum yakni isi dan metode, berinteraksi secara konstan. Persoalan – persoalan yang Berhubungan dengan Penyelesaiaan Isi dan bahan a. Pentingnya Mata Pelajaran Menurut Bruner (1965:11), dalam mempelajari struktur berarti anak didik juga akan mempelajari bagaimana sesuatu itu dihubungkan. Contonya : mempelajari bahasa. Karena itu tugas pengembangan (developers) adalah menentukan berbagai bentuk pengetahuan untuk mengetahui bagaimana menggunakannya sebagai dasar penyelesaian isi. Sedangkan isi (content) telah diseleksikan dalam bentuk mata pelajaran dan di sana terdapat hal – hal yang kurang menguntungkan yang berkaiatan dengan hal ini. Bahayanya adalah mata pelajaran yang bersifat tradisional mungkin memiliki rahasianya sendiri, yang memiliki disiplin mental yang tampaknya tidak mengindahkan metode – metode yang digunakan. Seperti ada pendapat yang menganjurkan bahwa pendidikan merupakan penguasaan atas materi atau isi ( mastery of content ). b. Pentingnya Proses Beberapa penulis mengadopsi pendapat yang berlawanan dengan pendapat yang mengajurkan kesadaran akan penguasaan mata pelajaran. Mereka berpendapat bahwa tiap isi memiliki nilai yang sedikit, tetapi cara yang digunakan bersifat critical. Pendapat ini sering kali terefleksi dalam kurikulum kontemporer, dimana terjadi berbagai penekanan perubahan ketentuan yang mendetail terhadap isi untuk penekanan pada proses. c. Bahan Mengajar Pendidikan dan pengembangan kurikulum dihadapkan dengan beragamnya mata pelajaran yang harus mereka seleksi. Ada tujuh ilmu pengetahuan yang diklasifikasikan menjadi trivium dan quadrivium yang telah mengalami perkembangan, dan sekarang diperkirakan sudah mencapai ratusan matapelajaran, tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum developers) memiliki sumber-sumber untuk bahan yang akan diseleksikan yang telah mengalami beberapa peningkatan yang cepat. d. Kebutuhan Penyeleksian Secara Rasional Taba menidentifikasikan empat alasan yang mendemonstrasikan kebutuhan untuk suatu basis rasional dalam hal pemilihan isi : a) Gejolak Pendidikan, menghasilkan konflik antar kelompok dikarenakan fungsi sekolah dan pengajaran apa yang sesuai b) Ledakan pengetahuan yang telah membuat tersedianya isi (content) c) Tingkat tujuan yang lebih luas, yang telah dicapai sesuai kebutuhan akan isi yang baru yang tercakup oleh bahan kurikulum tradisional. d) Perkembangan teknologi pendidikan, yang memungkinkan adanya perluasan tentang apa yang bisa dipelajari dalam suatu rangkaian waktu. e. Keberadaan Pengetahuan Anak Didik Ketika menyeleksi isi pengajaran, isi bagi anak didik sudah diketahui sebagai pertumbuhan utama. Dalam kaitannya denga hal tersebut, para pengembang kurikulum perlu untuk : a) Mengadopsi prosedur rasional dalam memilih isi, yaitu mengambil dengan menggunakan akal yang sehat (logika anak didik) b) Menentukan isi atau bahan apa yang diketahui anak didik c) Memutuskan apakah isi d) Mengetahui keseimbangan antara penguasaan bahan atau isi pelajaran dan pentingnya proses e) Menentukan tingkat isi 2. Kriteria Penyelesaian Isi atau Bahan Dalam hal ini setiap kriteria diaplikasikan kedalam semua isi yang diajarkan. Kriteria- kriteria itu dimaksudkan sebagai petunjuk untuk menyeleksian atau bahan kurikulum sedangkan bahan itu merupakan peraturan-peraturan yang tidak teratur. Kriteria tersebut diantanya sebagai berikut : a. Validitas ( Validity ) Isi dinyatakan valid ketika hal itu otentik. Kendala paling utama keotentikan isi adalah keusangan pengetahuan. Tidak hanya fakta-fakta dalam suatu matapelajaran yang diperlukan, dimana matapelajaran tersebut merupakan pengetahuan yang sudah tua dan usang. b. Signifikansi Jelas isi sangat signifikansi karena ia merupakan fundamen matapelajaran atau bidang studi. Namun ini bukan berarti kriteria ”Signifikan” hanya berlaku bagi fakta-fakta dari suatu bidang matapelajaran saja. c. Minat ( Interest) Minat anak didik merupakanm pertimbangan tersendiri dalam penyeleksian isi, meskipun ada perdebatan tentang sejauh mana pengembangan kurikulum harus mengakomodasi kriteria ini. d. Mampu Belajar (Learnability) Isi yang dipilih harus dapat dipelajari oleh anak didik dan juga dapat diadaptsi untuk dicocokkan dengan kemampuan anak didik. Yang paling penting dari hal ini adalah adanya kesesuaian antara isi yang diseleksikan dengan apa yang telah anak pelajari. e. Konsisten dengan realitas sosial Bahwa isi yang seleksi harus memberikan orientasi yang paling berguna bagi dunia di sekeliling kita. Dengan kata lain, isi tersebut harus konsisten dengan realitas sosial. f. Keguanaan ( Utility) Kriteria ini mungkin masih diperdebatkan, karena harus memilih dan menyeleksi isi dengan ketat sesuai dengan nilai kegunaannya. D. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dua metode yang tepat dengan mengikuti l;angkah – langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Pendekatan-pendekatan yang dikembangkan para pengembang adalah : 1. Pendekatan Bidang Studi Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau matapelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, dan sebagainya seperti yang lazim dalam sistem pendidikan sekarang ini. 2. Pendekatan Berorientasi pada Tujuan Yakni dengan menenmpatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. 3. Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan , sebagai berikut : a) Pendekatan pola Subject Matter Curriculum Pendekatan ini penekanannya pada berbagai matapelajaran secara terpisah-pisah, Misalnya sejarah, ilmu bumi. b) Pendekatan dengan pola Correlated Curriculum Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai asfek (segi), yaitu : 1. Pendekatan struktur 2. Pendekatan fungsional 3. Perdekatan tempat atau daerah c) Pendekatan pola Integrated Curriculum Pendekatan ini didasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. 4. Pendekatan Rekonsttruksional Pendekatn ini disebut juga rekontruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi dan lain-lain. Dalam gerakan ini terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangan terhadap kurikulum, yakni : a. Rekonstruksionalisme Konservatif Pendekatan ini menganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat. b. Rekontruksionalisme Radikal Pendekatan ini menganjurkan agar pendidik formal maupun non-formal mengabdikan diri demi tercapainya tatanan sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata. 5. Pendekatan Humanistik Kurikulum ini berfusat pada siswa (student-centred) dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak (Soemantrie, 1993:28). 6. Pendekatan Akuntabilitas ( Accountability) Accountability atau lebih di kenal dengan pertanggung jawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mecapai standar. Reperensi: Idi Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.Yogyakarta : Ar-Ruuz Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar